Peristiwa Isra Mi’raj!

Yuk, Ketahui Lebih Dalam Makna Peristiwa Isra Mi’raj!

Peristiwa Isra Mi'raj adalah salah satu momen penting bagi seluruh umat Muslim. Pada artikel ini, kamu bisa lebih memahami pengertian dan makna dibalik peristiwa Isra Mi'raj.

Sebelum memasuki penjelasan mendalam tentang Isra Mi'raj, ada baiknya kamu memperkaya pemahaman tentang ajaran Islam dengan membaca artikel "Ketahui Macam-Macam Zakat & Ketentuannya yang Ada di Indonesia" dari Prudential Syariah. Dalam artikel tersebut, kamu akan mendapatkan wawasan yang berharga tentang konsep zakat, kewajiban umat Muslim, dan berbagai ketentuan yang mengatur praktik zakat di Indonesia.

Sekarang, mari lanjutkan pembahasan mengenai peristiwa Isra Mi'raj dan sejarahnya di bawah ini!

Pengertian Peristiwa Isra Mi'raj

Peristiwa Isra Mi'raj adalah peristiwa bersejarah dalam Islam, tentang dua perjalanan luar biasa Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra atau Perjalanan Malam) dan dilanjutkan ke Langit Ketujuh atau Sidratul Muntaha (Mi'raj atau Kenaikan). Menurut Al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada periode sebelum Rasulullah saw. hijrah, berkisar pada tahun 620-621 M.

Sejarah dan Latar Belakang Peristiwa

Peristiwa Isra Mi'raj, yang terjadi pada malam 27 Rajab, Rasulullah saw. melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha menggunakan Buraq, yaitu hewan yang berukuran lebih kecil daripada kuda tetapi lebih besar daripada bagal (keturunan silang antara kuda betina dan keledai jantan).

Dari peristiwa Isra Mi'raj inilah perintah untuk salat lima waktu dalam sehari bagi seluruh umat Muslim diturunkan. Namun, selain itu, tahukah kamu, kalau peristiwa Isra Mi'raj juga bertujuan untuk mengobati rasa sedih Rasulullah saw.? Pada tahun yang sama, paman Rasul, Abu Thalib, dan istri Rasul, Siti Khadijah, berpulang ke Rahmatullah. Jadi, perjalanan ini juga dikisahkan sebagai pelipur lara untuk Rasulullah saw. yang sedang bersedih.

Bukti Kekuasaan Allah Swt.

Makna Isra Mi'raj tidak terbatas pada perjalanan fisik semata, tetapi juga bukti kekuasaan Allah Swt. sebagai Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Peristiwa ini memberikan kesempatan bagi Nabi Muhammad saw. untuk menyaksikan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah Swt., memperkukuh iman, dan menegaskan kenabian beliau.

Dalam makna yang lebih luas, Isra Mi'raj mengajarkan umat Muslim tentang kehormatan Masjidil Aqsa dan keberkahan yang ada di sekitarnya. Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya salat lima waktu, yang diwajibkan kepada umat Islam.

Melalui makna spiritual Isra Mi'raj, umat Muslim diajak untuk merenungkan kebesaran Allah Swt., memperkuat ikatan dengan-Nya, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Perjalanan malam yang luar biasa ini menjadi sumber inspirasi dan pelajaran berharga bagi seluruh umat Islam, mengingatkan kita akan pentingnya kewajiban hamba-Nya kepada Sang Pencipta.

Perjalanan Nabi Muhammad saw. ke Langit Ketujuh

Pada perjalanannya ke Sidratul Muntaha, dikisahkan Rasulullah saw. bertemu dengan beberapa Nabi pada setiap langit hingga akhirnya bertemu dengan Allah Swt. di Langit Ketujuh. Di sana, Nabi Muhammad saw. menerima perintah untuk menjalankan salat 50 kali dalam satu hari. Setelah menerima perintah tersebut, Rasulullah saw. pun turun untuk kembali ke bumi.

Dalam perjalanannya turun, Rasulullah saw. berpapasan dengan Nabi Musa as. dan menceritakan tentang perintah yang diterimanya dari Allah Swt. Dari percakapan tersebut, Nabi Musa as. beranggapan bahwa perintah salat 50 kali dalam sehari terlalu berat untuk umat Muslim dan memintanya kembali menemui Allah Swt. untuk meminta keringanan.

Singkat cerita, setelah beberapa kali berdialog dengan Allah Swt. untuk memohon keringanan terkait jumlah salat, Nabi Muhammad saw. akhirnya menyampaikan kepada Nabi Musa as. bahwa jumlah salat telah dikurangi menjadi lima kali dalam sehari. Meskipun demikian, Nabi Musa as. masih berpendapat bahwa salat lima waktu dalam sehari tetap terlalu berat bagi umat Nabi Muhammad saw.

Nabi Musa as. kemudian mendorong Nabi Muhammad saw. untuk kembali meminta keringanan kepada Allah Swt., tetapi Rasulullah saw. enggan melakukannya karena merasa malu terus-menerus memohon keringanan kepada Allah Swt. Dalam Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad saw. dikisahkan bersabda "Aku telah bolak-balik menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa malu di hadapan-Nya. Aku tidak akan melakukannya lagi." (HR Bukhari dan Muslim)

Tradisi dan Perayaan Isra Mi'raj di Indonesia

Di Indonesia, umumnya, peristiwa Isra Mi'raj dirayakan dengan mengadakan pengajian dan/atau kajian yang membahas mengenai peristiwa bersejarah tersebut. Namun, beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisinya sendiri untuk merayakan Isra Mi'raj. Berikut ini adalah beberapa tradisi dan perayaan Isra Mi'raj di beberapa daerah di Indonesia, mungkin juga ada tradisi berikut di daerahmu.

1. Rejeban Peksi Buraq

Salah satu tradisi yang berakar kuat di Yogyakarta adalah Rejeban Peksi Buraq. Tradisi ini, yang telah dilakukan selama ratusan tahun, menggunakan pembuatan dua jenis buraq dari kulit jeruk bali. Buraq tersebut kemudian dipasang di atas gunungan buah-buahan dan dibawa oleh abdi dalem Kaji Selusin menuju serambi Masjid Gedhe Kauman. Setelah pengajian, gunungan buah tersebut dibagikan kepada jemaah masjid sebagai bentuk keberkahan dan kebersamaan.

2. Ambengan

Ambengan menjadi tradisi makan bersama yang umum dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk merayakan Isra Mi'raj. Ambengan berarti wadah besar yang diisi dengan nasi dan lauk-pauk seperti mie goreng, ayam, telur, kentang, dan lainnya. Makanan ini berasal dari hasil panen atau sumbangan masyarakat yang kemudian dibawa ke masjid atau langgar untuk dinikmati bersama setelah salat Magrib, menggambarkan makna berbagi dan kebersamaan di masyarakat.

3. Nganggung

Tradisi Nganggung di Kampung Bukit, Kecamatan Toboali, Bangka Belitung, menunjukkan keunikan masyarakat setempat dalam memperingati Isra Mi'raj. Nganggung melibatkan warga yang membawa makanan dari rumah masing-masing menggunakan rantang. Kemudian, makanan tersebut dikonsumsi bersama-sama. Makanan yang beragam, mulai dari kue-kuean hingga nasi lengkap dengan lauk-pauknya, menjadi bagian dari tradisi ini.

4. Khatam Kitab Arjo

Di daerah Temanggung, warga Desa Wonoboyo merayakan Isra Mi'raj dengan tradisi Khatam Kitab Arjo. Setelah salat Isya, tradisi dimulai dengan tahlil singkat dan dilanjutkan dengan membaca kitab Arja, yaitu kitab yang memuat kisah perjalanan Nabi Muhammad saw. hingga Isra Mi'raj, yang ditulis dalam Bahasa Jawa oleh KH Ahmad Rifai Al-Jawi. Mengkhatamkan Kitab Arjo menunjukkan rasa penghormatan dan kecintaan terhadap ajaran Islam dalam konteks budaya Jawa.

5. Nyadran

Tradisi Nyadran di Kampung Siwarak Gunungpati, Semarang menjadi momen doa kepada leluhur yang unik. Warga berkunjung ke makam-makam leluhur untuk berdoa, diikuti dengan pengajian di Masjid Baitul Muslimin Siwarak. Setelah Nyadran, mereka melanjutkan perayaan dengan karnaval, menciptakan suasana penuh kegembiraan dan kebersamaan dalam merayakan peristiwa Isra Mi'raj.

Itulah tadi tentang pembahasan mengenai peristiwa Isra Mi'raj dan tradisi untuk memperingatinya. Sekarang, kamu sudah paham kan, mengenai peristiwa dibalik kewajiban salat lima waktu yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui Rasulullah saw.? Selain Rasulullah saw. mendapat amanah perintah salat, suatu keberkahan juga bagi kita umat Nabi Muhammad saw. di mana kewajiban salat yang awalnya 50 kali dalam sehari dapat dikurangi hanya menjadi lima kali dalam sehari.

Dari mengetahui peristiwa Isra Mi’raj di atas, semoga kita dapat lebih memahami peristiwa bersejarah ini untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam dan rasa syukur kepada-Nya.

Produk terkait