Anak kecil berkacamata memegang kepala

Mengenal Apa Itu ADHD: Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi neurobiologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memperhatikan, mengendalikan dorongan, dan mengelola energi. Pada artikel ini, Prudential Syariah akan mengulas lebih dalam mengenai apa itu ADHD, termasuk penyebab, gejala, dan berbagai cara mengatasinya.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan tentang ADHD, penting bagi Anda untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan secara menyeluruh. Kami merekomendasikan agar Anda membaca artikel "Lindungi Diri dari Macam-Macam Penyakit Kritis" dari Prudential Syariah terlebih dahulu. Artikel tersebut akan memberikan wawasan yang berharga tentang perlunya perlindungan terhadap berbagai penyakit kritis.

Apa Itu ADHD?

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah suatu gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak yang terkait dengan perhatian, impulsivitas, dan aktivitas motorik. Pada dasarnya, seseorang dengan ADHD memiliki kesulitan dalam menjaga fokus untuk jangka waktu yang lama, sulit mengendalikan dorongan untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya , dan sering kali menunjukkan tingkat aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang pada umumnya.

Subtipe ADHD

Terdapat tiga subtipe utama dari ADHD, yang mencerminkan gejala mana yang dominan pada setiap individu, antara lain:

1. Inatentif

Subtipe ini ditandai oleh kesulitan individu dalam memusatkan perhatian dan menjaga fokus. Beberapa ciri khas dari ADHD Inatentif meliputi:

  • Kesulitan dalam Mengorganisir atau Menyelesaikan Tugas: Individu sulit mengorganisir pekerjaan atau menyelesaikan tugas dengan efisien.

  • Kesulitan Memperhatikan Detail atau Mengikuti Instruksi: Detail-detail kecil sering terlewat, dan mereka kesulitan mengikuti instruksi dengan baik.

  • Mudah Terganggu atau Melupakan Detail Rutin Sehari-hari: Pergantian perhatian yang cepat dan sering kali melupakan detail rutin sehari-hari.

 

2. Hiperaktif – Impulsif

Pada subtipe ini, pengidap akan lebih menunjukkan gejala yang mengarah ke hiperaktivitas dan impulsivitas. Beberapa ciri khas dari ADHD Hiperaktif – Impulsif meliputi:

  • Hiperaktivitas Fisik: Seseorang mungkin sulit untuk duduk diam untuk waktu yang lama, sering kali merasa gelisah, dan melakukan gerakan fisik berlebihan.

  • Bicara Banyak dan Sulit Diam: Individu cenderung bicara terus-menerus dan kesulitan untuk diam, terutama dalam situasi yang memerlukan ketenangan.

  • Impulsivitas Tinggi: Kesulitan dalam mengontrol impuls, seperti mengambil sesuatu tanpa izin, menginterupsi pembicaraan, atau bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi.

 

3. Kombinasi

Subtipe ini mencakup gejala dari kedua subtipe sebelumnya, yaitu Inatentif dan Hiperaktif – Impulsif. Dalam Combined Presentation, individu mengalami tantangan dari berbagai aspek ADHD, yang dapat membuat pengelolaan sehari-hari lebih kompleks.

Penyebab ADHD

ADHD merupakan masalah neurobiologis yang masih menjadi fokus penelitian ilmiah untuk memahami penyebab dan faktor risikonya. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, penelitian terkini menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting dalam perkembangan ADHD.

Peran Genetika

Studi terbaru menunjukkan keterkaitan antara faktor genetika dengan penyakir ADHD. Genetika dapat memainkan peran dalam menurunkan kecenderungan untuk mengalami gangguan ini dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika ada riwayat keluarga dengan ADHD, maka risiko seseorang mengalami gangguan ini mungkin lebih tinggi.

Penyebab Lain dan Faktor Risiko

Selain genetika, para ilmuwan juga memeriksa kemungkinan penyebab dan faktor risiko lain yang dapat berkontribusi pada perkembangan ADHD. Beberapa di antaranya mencakup:

1. Cedera Otak

Cedera otak, terutama pada bagian yang mengontrol dorongan melakukan sesuatu dan perhatian, dapat berperan dalam perkembangan ADHD. Namun, tidak semua individu dengan ADHD memiliki riwayat cedera otak, dan hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

2. Paparan Risiko Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan selama dalam kandungan atau pada usia dini juga sedang diteliti. Paparan terhadap zat beracun, seperti timbal, selama kehamilan atau pada masa kecil, dapat memainkan peran dalam perkembangan ADHD.

3. Konsumsi Alkohol dan Tembakau Selama Masa Kehamilan

Studi menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dan tembakau selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko perkembangan ADHD pada anak. Dengan kata lain, penting untuk menjaga kesehatan selama masa kehamilan untuk mengurangi potensi risiko.

4. Kelahiran Prematur dan Berat Badan Rendah

Kelahiran prematur dan berat badan rendah juga dapat menjadi faktor risiko potensial untuk ADHD. Anak-anak yang lahir prematur atau dengan berat badan rendah mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami ADHD.

Gejala ADHD

Apabila Anda memiliki kekhawatiran bahwa seorang anak mungkin mengalami ADHD, langkah pertama adalah berbicara dengan psikolog anak untuk mengetahui apakah gejalanya sesuai dengan diagnosis ADHD.

Gejala yang Dapat Muncul pada Anak dengan ADHD

Kesulitan untuk fokus dan berperilaku tidak terkendali adalah hal yang biasa terjadi pada anak-anak pada suatu waktu tertentu. Namun, pada anak dengan ADHD, gejala tersebut tidak hanya muncul sesekali dan dapat menjadi parah, yang bisa menyebabkan kesulitan beraktivitas di sekolah, di rumah, atau dalam hubungan dengan teman sebayanya.

Seorang anak dengan ADHD mungkin menunjukkan beberapa atau semua gejala berikut:

  • Banyak melamun.

  • Sering lupa atau kehilangan barang.

  • Sering gelisah.

  • Berbicara terlalu banyak.

  • Membuat kesalahan yang ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu.

  • Sulit menahan godaan.

  • Tidak sabaran.

  • Mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain.

 

Tindakan Pertama: Konsultasi dengan Profesional Kesehatan

Apabila Anda menemukan gejala-gejala ini pada seorang anak, langkah pertama yang paling penting adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Mereka dapat melakukan evaluasi menyeluruh dan membantu menetapkan diagnosis yang akurat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gejala ADHD, intervensi yang tepat dapat direkomendasikan untuk membantu anak tersebut mengatasi kesulitan dan mencapai potensinya secara optimal.

Cara Mengatasi ADHD

Pengelolaan ADHD melibatkan pendekatan yang mencakup terapi perilaku dan penggunaan obat-obatan. Dalam sebagian besar kasus, kombinasi keduanya dapat memberikan hasil terbaik. Namun, untuk anak usia pra-sekolah (4-5 tahun) dengan ADHD, terapi perilaku, khususnya pelatihan untuk orang tua, direkomendasikan sebagai tindakan pertama sebelum mencoba penggunaan obat.

Terapi Perilaku

Terapi perilaku melibatkan pengembangan strategi untuk membantu individu dengan ADHD mengelola perilaku mereka, meningkatkan keterampilan sosial, dan mengatasi tantangan sehari-hari. Beberapa aspek terapi perilaku termasuk:

1. Pelatihan untuk Orang Tua

Terapi perilaku sering melibatkan pelatihan untuk orang tua agar dapat membantu anak mereka mengembangkan keterampilan tertentu, mengelola impulsivitas, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif. Orang tua diajarkan cara memberikan penguatan positif, menetapkan batasan, dan memberikan struktur yang konsisten.

2. Cognitive – Behaviour Therapy (CBT)

Terapi ini membantu individu dengan ADHD untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif. CBT juga dapat membantu mereka mengembangkan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan sehari-hari.

3. Pelatihan Keterampilan Sosial

Individu dengan ADHD mungkin menghadapi kesulitan dalam berinteraksi sosial. Pelatihan keterampilan sosial membantu mereka belajar cara berkomunikasi, berkolaborasi, dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.

Pengobatan

Penggunaan obat-obatan dapat menjadi komponen penting dalam pengelolaan ADHD, terutama pada kasus yang lebih parah. Beberapa pilihan obat yang umumnya digunakan melibatkan:

1. Stimulan

Obat stimulan, seperti metilfenidat atau amfetamin, dapat membantu meningkatkan fokus dan mengurangi tingkat hiperaktivitas. Meskipun efektif, pemilihan obat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan respons individu.

2. Non-Stimulan

Beberapa individu mungkin tidak merespons baik terhadap stimulan, sehingga obat non-stimulan seperti atomoksetin atau guanfacine dapat menjadi alternatif. Obat-obatan ini bekerja dengan cara yang berbeda untuk membantu mengelola gejala ADHD.

3. Antidepresan

Dalam beberapa kasus, terutama jika ada gejala depresi atau kecemasan bersamaan, antidepresan dapat diresepkan untuk membantu mengatasi masalah ini.

 

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan ADHD memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, perencanaan pengobatan yang efektif melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan respons individu terhadap terapi. Pendekatan ini memerlukan pemantauan terus-menerus, evaluasi berkala, dan kesiapan untuk melakukan perubahan dalam rencana pengelolaan jika diperlukan.

Dari penjelasan mengenai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), kita tahu bahwa upaya untuk menjaga kesehatan, termasuk kesehatan mental, sangatlah penting. Jangan biarkan tantangan seperti ADHD menghalangi Anda atau keluarga untuk mengejar kehidupan yang sehat dan bermakna. Oleh karena itu, kami ingin mengingatkan Anda tentang pentingnya memiliki perlindungan kesehatan yang memadai.

Prudential Syariah menawarkan PRUSolusi Sehat Plus Pro Syariah, solusi lengkap untuk perlindungan Anda dan keluarga. PRUSolusi Sehat Plus Pro Syariah menyediakan solusi kesehatan komplit, fleksibel, dan terjangkau dengan layanan komprehensif mulai dari pra rawat inap sampai dengan pemulihan.

Jangan menunda untuk memberikan perlindungan terbaik bagi diri Anda dan orang-orang tercinta. Hubungi Prudential Syariah sekarang untuk berkonsultasi gratis dan temukan bagaimana Asuransi Kesehatan Syariah dapat memberikan keamanan finansial dalam menghadapi berbagai tantangan kesehatan. Miliki perlindungan kesehatan dan rawat jalan terbaik untuk masa depan yang lebih baik bersama Prudential Syariah!