Guru wanita merangkul 2 murid wanitanya

Ketahui Rukun dan Syarat Asuransi Syariah di Indonesia

Asuransi Syariah menjadi pilihan yang makin diminati di Indonesia, terutama bagi mereka yang mendambakan perlindungan finansial sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Sebelum memutuskan untuk melibatkan diri dalam asuransi Syariah, penting untuk memahami dengan baik rukun dan syarat asuransi Syariah.

Sebelum menjelajahi lebih jauh mengenai rukun dan syarat asuransi Syariah, sangat disarankan untuk membaca artikel "Mengenal Wakaf: Dasar Hukum, Jenis dan Rukunnya" dari Prudential Syariah terlebih dahulu. Artikel tersebut akan memberikan dasar hukum dan pemahaman yang kuat mengenai wakaf.

Sekarang, mari lanjutkan pembahasan mengenai rukun dan syarat asuransi Syariah. Pelajari selengkapnya di bawah ini!

Pengertian Asuransi Syariah

Sebelum masuk ke dalam rukun dan syarat, penting untuk memahami konsep dasar dari asuransi Syariah. Secara sederhana, asuransi Syariah merupakan bentuk perlindungan finansial yang berlandaskan prinsip-prinsip Syariah. Prinsip dasar ini membuat asuransi Syariah berbeda dengan asuransi konvensional, baik dalam bentuk maupun pelaksanaannya.

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Salah satu perbedaan mendasar antara asuransi Syariah dan konvensional adalah dalam hal akadnya. Asuransi Syariah memastikan bahwa setiap transaksi didasarkan pada prinsip-prinsip Syariah, termasuk adanya akad yang jelas dan sesuai dengan hukum Islam. Hal tersebut tentunya berbeda dengan penggunaan premi dan bunga pada asuransi konvensional yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip Syariah.

Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Prinsip-prinsip asuransi Syariah tidak hanya menjadi dasar, tetapi juga pembeda utama antara asuransi Syariah dan asuransi konvensional. Beberapa prinsip tersebut meliputi:

  • Akad: Asuransi Syariah harus berlandaskan akad, yaitu kesepakatan sukarela antara pemegang polis dan perusahaan asuransi, yang didasarkan pada kejujuran dan transparansi.

  • Bagi Hasil (Tabarru'): Pemegang polis memberikan sumbangan tanpa mengharapkan keuntungan langsung. Prinsip ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian dalam komunitas asuransi syariah.

  • Pooling Risiko: Asuransi Syariah akan membagi risiko sama rata, sehingga beban kerugian dapat dibagi bersama oleh komunitas.

  • Tidak Ada Gharar dan Maisir: Larangan terhadap ketidakpastian (gharar) dan unsur perjudian (maisir) menjaga transparansi dan keadilan dalam kontrak asuransi syariah.


Dengan mengedepankan prinsip-prinsip ini, asuransi Syariah bukan hanya menjadi alat perlindungan finansial, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam setiap transaksi.

Rukun Asuransi Syariah

Agar dapat lebih memahami asuransi Syariah, Anda perlu terlebih dahulu mempelajari rukun asuransi Syariah secara saksama. Berikut ini adalah beberapa rukun asuransi Syariah yang penting untuk dipahami.

1. Aqid

Aqid merupakan rukun asuransi Syariah yang pertama. Dalam konteks ini, aqid merujuk kepada individu yang terlibat dalam transaksi, baik sebagai pemberi atau penerima hak. Dalam asuransi Syariah, kehadiran aqid sangat penting karena orang yang terlibat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan transaksi, serta memiliki hak atas objek asuransi.

2. Ma'qud Alaih

Ma'qud Alaih merujuk pada objek transaksi asuransi, yakni barang atau harta. Objek asuransi harus memenuhi beberapa syarat, antara lain bersih dari najis, hadir saat akad berlangsung, sesuai dengan prinsip Islam, dapat diterima dan diserahkan, serta memiliki kejelasan terkait dengan objek asuransi tersebut.

3. Ijab Kabul

Ijab Kabul merupakan kesepakatan yang terjadi antara dua pihak dalam transaksi asuransi Syariah. Ijab Kabul menjadi rukun yang harus diucapkan oleh aqid, pihak yang melakukan transaksi. Ijab merupakan pernyataan yang keluar dari salah satu pihak, sedangkan Kabul adalah pernyataan yang diucapkan oleh pihak yang menerima. Syarat Ijab Kabul melibatkan kejelasan ucapan, urutan yang sesuai, dan adanya persetujuan dari kedua belah pihak.

Syarat Asuransi Syariah

Selain memahami rukun asuransi Syariah, pengetahuan tentang syarat-syarat asuransi Syariah juga krusial bagi mereka yang hendak membeli produk asuransi Syariah. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak tertanggung maupun penanggung dalam transaksi asuransi Syariah meliputi:

  • Baligh: Pihak yang terlibat dalam transaksi asuransi syariah harus sudah mencapai usia baligh atau dewasa menurut hukum Islam.

  • Berakal: Calon tertanggung harus memiliki akal sehat dan mampu membuat keputusan secara rasional.

  • Bebas Berkehendak: Transaksi asuransi syariah harus dilakukan secara sukarela dan tidak dalam paksaan.


Selain itu, ada beberapa syarat lainnya yang harus dipenuhi. Jika tidak, transaksi asuransi Syariah akan menjadi tidak sah. Beberapa alasan yang dapat menyebabkan transaksi asuransi Syariah menjadi tidak sah meliputi:

  • Gharar: Transaksi asuransi Syariah harus jelas dan terhindar dari ketidakpastian yang berlebihan.

  • Mengandung Unsur Riba: Asuransi Syariah tidak boleh melibatkan unsur riba atau keuntungan tambahan yang dilarang dalam Islam.

  • Mengandung Praktik Perjudian (Maisir): Asuransi Syariah harus menghindari unsur perjudian dan spekulasi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.


Dengan memahami dan memenuhi syarat-syarat tersebut, Anda dapat menjalani transaksi asuransi Syariah dengan penuh keyakinan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.

Pentingnya Memahami Kontrak Asuransi Syariah

Dalam memilih dan mengikuti asuransi Syariah, pemahaman mendalam terhadap kontrak asuransi menjadi krusial. Pemahaman ini tidak hanya memberikan kejelasan, tetapi juga melibatkan tanggung jawab dan hak-hak tertentu bagi pemegang polis. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa memahami kontrak asuransi Syariah adalah hal yang penting.

1. Menghindari Risiko Ketidakjelasan Kontrak

Risiko ketidakjelasan kontrak dapat menjadi hambatan serius dalam mengeklaim manfaat asuransi. Oleh karena itu, pemegang polis perlu memahami kontrak asuransi Syariah yang ditandatangani secara menyeluruh, termasuk kondisi, batasan, dan manfaat yang diberikan. Dengan pemahaman yang baik, risiko kesalahpahaman dapat diminimalkan, sehingga klaim dapat diproses dengan lancar.

2. Memahami Hak dan Kewajiban sebagai Pemegang Polis

Sebagai pemegang polis, pemahaman akan hak dan kewajiban sangat penting. Hal ini melibatkan pemahaman mengenai manfaat yang diberikan oleh asuransi, kapan dan bagaimana klaim dapat diajukan, serta tanggung jawab dalam membayar premi secara tepat waktu. Dengan memahami hak dan kewajiban ini, pemegang polis dapat mengoptimalkan manfaat asuransi dan menjalankan kewajiban dengan baik.

3. Meningkatkan Kepercayaan Terhadap Asuransi Syariah

Pemahaman kontrak asuransi Syariah berperan besar dalam membangun kepercayaan antara kedua belah pihak (pemegang polis dan perusahaan asuransi). Dengan mengetahui secara jelas apa yang dijanjikan oleh kontrak, pemegang polis dapat merasa yakin dan percaya terhadap produk asuransi Syariah. Kepercayaan ini menjadi kunci penting dalam membangun hubungan jangka panjang antara pemegang polis dan perusahaan asuransi Syariah.

Dapatkan Asuransi Jiwa Berbasis Syariah dari Prudential Syariah!

Jangan lewatkan kesempatan untuk melindungi diri Anda dan keluarga dengan Asuransi Jiwa Berbasis Syariah dari Prudential Syariah! Produk unggulan kami, Asuransi Jiwa Syariah PRUCinta, merupakan produk Asuransi Jiwa Syariah yang menyediakan perlindungan komprehensif selama 20 tahun Masa Kepesertaan terhadap risiko meninggal dunia dan meninggal dunia karena kecelakaan.

Selain memberikan perlindungan selama 20 tahun, Asuransi Jiwa Syariah PRUCinta juga memberikan perpanjangan Masa Kepesertaan tanpa pemeriksaan kesehatan dan manfaat jatuh tempo dalam bentuk Nilai Tunai atas beban Dana Nilai Tunai di akhir Masa Kepesertaan.

Tertarik? Hubungi Prudential Syariah sekarang untuk berkonsultasi lebih lanjut secara gratis. Jangan menunda-nunda, lindungi diri Anda dan keluarga dengan Prudential Syariah sekarang juga!