Insomnia

Insomnia: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Insomnia kini jadi gangguan tidur yang banyak dialami masyarakat. Padatnya aktivitas, tekanan pekerjaan, paparan gawai yang berlebihan, hingga kecemasan terhadap masa depan sering kali membuat pikiran sulit tenang saat malam tiba.

Kondisi ini bisa membuat seseorang terjaga hingga larut malam, sering terbangun di tengah tidur, atau bahkan bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali. Akibatnya, kualitas tidur menurun dan tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup.

Insomnia umumnya terjadi secara sementara, akibat stres dan kecemasan yang berlebih yang dialami. Namun di beberapa situasi, insomnia juga bisa berlangsung lama, sehingga mulai menimbulkan kekhawatiran pada seseorang.

Jadi, apa yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia pada malam hari? Untuk mengetahui selengkapnya, berikut informasi yang bisa dipahami.

Apa Itu Insomnia?

Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk tidur, tetap tertidur, atau tidur nyenyak pada malam hari, meskipun sebenarnya ada cukup waktu dan kesempatan untuk tidur. Orang yang mengalami insomnia biasanya merasa tidak segar saat bangun tidur dan tetap merasa lelah sepanjang hari.

Terjadinya insomnia pada seseorang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, cemas, hingga kondisi fisik tertentu. Insomnia umumnya terjadi secara periodik atau temporal, namun di beberapa orang insomnia bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama, sehingga ia perlu melakukan perawatan intensif.

Menurut Journal of Clinical Sleep Medicine, 2025 Insomnia masih jadi salah satu gangguan tidur yang paling sering terjadi. Sekitar sepertiga dari jumlah penduduk pernah mengalami setidaknya satu jenis insomnia. Secara keseluruhan, diperkirakan 9-15% orang pernah mengalami insomnia, dan angkanya bisa meningkat 10 sampai 20% pada orang dewasa.

Jenis Insomnia

Insomnia bisa terjadi dalam dua jenis, sesuai dengan gejala yang dialami dan jangka waktu berlangsungnya insomnia. Berikut adalah beberapa jenis insomnia  yang perlu diketahui.

  1. Insomnia Akut

    Insomnia akut adalah kondisi kesulitan tidur yang berlangsung sementara, biasanya hanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Jenis insomnia ini sering kali disebabkan oleh situasi yang bersifat sementara. Meskipun mengganggu, insomnia akut biasanya akan membaik dengan sendirinya setelah penyebab utama teratasi.

    Ciri-ciri:

    • Terjadi secara tiba-tiba dan bersifat jangka pendek

    • Durasi: kurang dari 1 bulan

    • Sering berkaitan dengan peristiwa atau tekanan emosional tertentu

    • Tidak selalu membutuhkan penanganan medis

  2. Insomnia Kronis

    Insomnia kronis adalah kesulitan tidur yang terjadi secara terus-menerus dan berlangsung selama setidaknya 3 kali dalam seminggu selama lebih dari 3 bulan. Jenis ini biasanya berkaitan dengan masalah kesehatan fisik, gangguan psikologis, atau gangguan tidur lainnya.

    Karena berlangsung lama, insomnia kronis dapat berdampak serius pada kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup seseorang. Maka dari itu orang yang mengalami insomnia kronis umumnya mengambil tindakan medis, supaya lebih mudah mengidentifikasi penyebabnya.

Gejala Insomnia

Tidak semua gangguan tidur adalah insomnia. Sebab, insomnia yang dialami seseorang kerap menunjukkan gejalanya tersendiri. Berikut beberapa gejala insomnia yang umum terjadi:

  • Sulit tidur di malam hari

  • Sering tiba-tiba terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali

  • Waktu tidur lebih singkat

  • Sering mengantuk dan lelah di siang hari

  • Mengalami kecemasan dan emosi yang tidak stabil

  • Sulit terlelap, meskipun tubuh sudah lelah

  • Sulit berkonsentrasi

Penyebab Insomnia pada Individu

Terjadinya insomnia pada seseorang bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, baik internal maupun eksternal. Berikut beberapa faktor penyebab insomnia pada seseorang.

Penyebab Insomnia Akut

  1. Stres

    Stres merupakan penyebab paling umum dari insomnia akut. Saat seseorang merasa tertekan oleh pekerjaan, masalah keluarga, atau situasi pribadi lainnya, tubuh akan melepaskan hormon stres seperti kortisol.

    Hormon tersebut membuat otak tetap aktif dan waspada, sehingga sulit untuk rileks dan tertidur. Meskipun tubuh lelah, pikiran yang terus-menerus bekerja membuat mata sulit terpejam, yang pada akhirnya membuat waktu tidur menjadi terganggu.

  2. Pengalaman Traumatis

    Trauma seringkali membuat pikiran sulit tenang dan meningkatkan kecemasan dan kewaspadaan berlebih di malam hari. Kondisi ini secara tidak langsung “memaksa” otak tetap aktif, sehingga tubuh kesulitan untuk beristirahat dan tertidur dengan tenang. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi insomnia kronis.

  3. Kebiasaan Tidur yang Buruk

    Pola tidur yang buruk, seperti tidur terlalu malam atau bangun terlalu siang membuat ritme alami tubuh jadi terganggu. Akibatnya, tubuh mengalami kesulitan dalam mengenali kapan waktunya tidur dan kapan harus terjaga.

    Kondisi ini bisa menyebabkan kualitas tidur menurun secara keseluruhan, yang jika dibiarkan terus berlangsung akan meningkatkan risiko terkena insomnia.

  4. Jet Lag

    Perjalanan jauh yang melintasi beberapa zona waktu, seperti bepergian dari Indonesia ke Eropa atau Amerika, dapat mengganggu jam biologis tubuh. Tubuh kita memiliki ritme sirkadian yang mengatur kapan kita merasa mengantuk atau terjaga.

    Ketika ritme ini terganggu oleh perubahan zona waktu, tubuh merasa bingung terhadap siang dan malam, yang menyebabkan insomnia sementara sampai ritme tubuh menyesuaikan diri.

  5. Obat-obatan Tertentu

    Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan tidur. Obat-obatan ini akan merangsang sistem saraf, meningkatkan detak jantung, atau menyebabkan gelisah, sehingga seseorang jadi sulit tertidur meskipun tubuh merasa lelah.

Penyebab Insomnia Kronis

  1. Masalah Kesehatan Fisik

    Beberapa kondisi medis seperti asma, nyeri kronis (misalnya akibat arthritis atau cedera), gangguan pencernaan, diabetes, atau penyakit jantung dapat mengganggu kenyamanan saat tidur.

    Rasa tidak nyaman itulah yang membuat tubuh sulit untuk rileks, sehingga tidur menjadi tidak nyenyak atau sering terbangun.

  2. Kondisi Psikologis

    Depresi, gangguan kecemasan, atau masalah psikologis lain sangat sering dikaitkan dengan insomnia kronis. Pikiran yang terus-menerus dipenuhi rasa cemas, khawatir, atau perasaan sedih yang mendalam dapat membuat otak sulit "beristirahat", meskipun tubuh sudah lelah. Dalam banyak kasus, insomnia bahkan menjadi salah satu gejala awal dari masalah psikologis tersebut.

  3. Gangguan Tidur Lainnya

    Insomnia kronis juga bisa terjadi sebagai akibat atau dampak dari gangguan tidur lain, seperti sleep apnea (henti napas saat tidur), restless legs syndrome (RLS), atau parasomnia (seperti berjalan saat tidur atau mimpi buruk ekstrem).

    Gangguan-gangguan ini menyebabkan tidur jadi tidak nyenyak dan terputus-putus, yang lama-kelamaan membuat pola tidur terganggu dan berubah menjadi insomnia kronis.

Cara Mengatasi Insomnia

Dengan penanganan yang tepat, insomnia yang dialami seseorang bisa diatasi, sehingga kualitas tidur bisa kembali normal. Berikut beberapa cara mengatasi insomnia yang bisa dilakukan.

  1. Identifikasi Pemicu Insomnia

    Insomnia yang terjadi pada seseorang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, cara pertama mengatasi insomnia adalah dengan mengidentifikasi pemicu terjadinya insomnia.

    Dengan mengetahui pemicunya, Anda bisa melakukan penanganan yang lebih tepat. Misalnya, jika insomnia terjadi karena stres, Anda bisa mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau aktivitas yang menenangkan sebelum tidur.

  2. Menciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman

    Pastikan kamar tidur Anda tenang, gelap, dan memiliki suhu yang nyaman supaya Anda bisa tidur lebih nyenyak dan meminimalisir terjadinya insomnia. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur atau beristirahat, bukan untuk bekerja atau menonton TV.

    Hal ini bertujuan untuk menstimulasi otak bahwa kamar adalah tempat untuk beristirahat.

  3. Menghindari Stimulan Sebelum Tidur

    Batasi konsumsi kafein, alkohol, atau makanan berat menjelang waktu tidur. Begitu juga dengan penggunaan gawai, seperti ponsel atau laptop karena cahaya biru dari layar dapat menghambat produksi melatonin atau hormon yang membantu Anda tertidur.

  4. Melakukan Relaksasi Sebelum Tidur

    Aktivitas yang menenangkan seperti membaca buku, mandi air hangat, mendengarkan musik lembut, atau meditasi ringan dapat membantu tubuh dan pikiran jadi lebih rileks. Dengan suasana yang tenang, proses tertidur pun bisa menjadi lebih mudah dan alami.

  5. Terapi Kognitif Perilaku untuk Insomnia (CBT-I)

    CBT-I adalah metode paling efektif untuk mengatasi insomnia kronis. Terapi ini membantu mengubah pola pikir negatif tentang tidur, memperbaiki kebiasaan tidur, serta mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan waktu tidur.

  6. Periksa Kemungkinan Gangguan Kesehatan Lain

    Jika insomnia terus berlanjut meski sudah mencoba berbagai cara, bisa jadi ada masalah kesehatan lain yang mendasari, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan hormonal, atau sleep apnea. Dalam kondisi ini, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Kapan Harus Memeriksakan diri Ke Dokter?

Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika mengalami insomnia yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih, terutama jika terjadi setidaknya tiga kali dalam seminggu. Sebab ini termasuk kategori insomnia kronis yang tidak bisa diatasi hanya dengan perbaikan gaya hidup.

Selain itu, jika gangguan tidur mulai mengganggu aktivitas harian, seperti sulit berkonsentrasi, merasa lelah terus-menerus, mudah marah, atau penurunan produktivitas, itu juga menjadi tanda penting untuk mencari bantuan profesional.

Baca juga: Bedanya Burnout dan Stres Biasa: Kapan Harus Mulai Waspada?

Insomnia adalah kondisi ketika individu sulit tidur di malam hari, yang bisa dipicu oleh masalah psikologis. Secara umum kondisi ini bisa diatasi dengan memperbaiki kualitas tidur dan mengelola stres dengan baik.

Ingin menambah wawasan seputar kesehatan? Yuk, cek artikel Prudential Syariah lainnya dan temukan beragam informasi menarik, seputar gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan banyak lagi!

Sumber: